Satria Khalifah Aryana (12) santri korban kebakaran Pesantren Miftahul Khoirot Karawang disebut sempat berusaha menyelamatkan temannya. Keterangan tersebut disampaikanYayan Suryano, kakek Khalifah. Alif sapaan akrabnya merupakan salah korban kebakaran di insiden kebakaran di Pesantren Miftahul Khoirut, Kecamatan Cilamaya Kulon, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Senin (21/2/2022) sore kemarin.

Alif menjadi santri di Pondok Pesantren Miftahul Khoirut tersebut baru berjalan dua tahun sejak umur 10 tahun. Yayan menceritakan, sang cucu selepas salat zuhur, sekira pukul 14.30 WIB bersama dengan sembilan santri lainnya sedang beristirahat di kamar yang berada Pondok Pesantren Miftahul Khoirot. Namun nahas, sang cucu tidak dapat terselamatkan karena api yang begitu besar sudah merembet ke kamar para santri tersebut karena terjebak didalam kamar.

"Ia (Alif) habis salat zuhur istirahat di lantai dua tempat kamarnya sekitar 10 orang sekira jam setengah tiga sore, konon katanya terjebak akibat konsleting listrik di kipas angin yang diketahui seperti itu," ucap Yayan kepada wartawan di Subang, Selasa (22/2/2022). Bahkan, menurut Yayan, sebelum meninggal dunia akibat terpanggang sang cucu sempat menolong dari temannya namun tetap tidak terselamatkan. "Cucu saya sempat menolong temannya yang 7 tahun tapi tetap tidak tertolong karena api sudah membesar dan sudah menjebak mereka," katanya.

Sementara itu, Alif sendiri mengalami luka bakar yang sangat parah. Saat ini untuk jasad Alif sendiri sudah dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Santiong, Kampung Warung Asem, Desa Purwadadi Timur, Kecamatan Purwadadi Kabupaten Subang. Alif dimakamkan dengan menggunakan peti mati karena karena bagian tubuh dari Alif yang sudah rusak akibat luka bakar. Kebakaran menewaskan 8 santri terjadi di Pesantren Miftakhul Khoirot Desa Manggungjaya Kecamatan Cilamaya Kulon Kabupaten Karawang pada Senin (22/2/2022).

Dalam peristiwa nahas itu, api cepat merembet dan menjalar ke bangunan rumah yang terbuat dari kayu. "Kejadiannya ini di lantai 2 dan bangunannya itu dari kayu," kata Kapolres Karawang AKBP Aldi Subartono di lokasi kejadian, Senin (21/2/2022). AKBP Aldi Subartono mengungkapkan, dalam kejadian kebakaran tersebut sebanyak delapan santri tewas dan dua santri mengalami luka luka.

Peristiwa kebakaran tersebut terjadi di lantai dua. Saat itu para santri tengah beristirahat di kamar tersebut. Dari informasi awal yang diterima polisi, api muncul bermula dari percikan kipas angin. Kemudian membesar setelah percikan api tersebut mengenai kasur di dalam kamar. "Dugaan awal masih di dalami, kita sudah melakukan olah TKP, langkah langkah kita saat awal kejadian muspika cilamaya berkoordinasi pihak damkar bpbd stakeholder terkait membantu dan menolong kejadian di lapangan," katanya.

Penyuluh Agama Kecamatan Cilamaya Kulon, Sri menceritakan kronologi kebakaran yang ia ketahui dari pengurus pesantren. Sri mengatakan, delapan santri yang tewas juga tidak keluar melalui jendela kamar, karena jendela kamar asrama di lantai 2 tersebut di pasang besi tralis. "Mau keluar lewat jendela, tetapi pakai tralis," katanya.

Gojali (39) warga Desa Sumurgede, Kecamatan Cilamaya Kulon, Karawang air matanya menetes ketika melihat kondisi delapan santri di kamar terbakar. Delapan santri menjadi korban meninggal dalam kebakaran Pesantren Miftakhul Khoirot, Desa Manggungjaya, Kecamatan Cilamaya Kulon, Kabupaten Karawang. Gojali bercerita, mengetahui pesantren yang tak jauh dari rumahnya itu terbakar dari grup whats app. Ia yang berada di daerah Lamaran, mengetahui itu ia langsung datang ke lokasi.

Gojali memang terbiasa menjadi relawan kemanusiaan. Setelah ke lokasi, api yang membakar kamar santri sudah padam, hanya tersisa puing puing dan mayat santri yang belum dievakuasi. Ia mengatakan, dirinya kemudian langsung ikut untuk melakukan evakuasi delapan mayat santri di dalam kamar. Saat itu ia melihat ada dua titik mayat santri di dalam kamar.

"Mayatnya berkumpul di dua titik kamar, pertama di pojok kamar, kemudian ke dua itu di dekat tembok yang tak jauh dari lokasi tangga keluar," katanya. Saat datang ke lokasi, kata Gojali, ia mengaku sempat meneteskan air mata. Saya meneteskan air mata, saya melihat mereka seperti anak sendiri. Karena memang saya dekat juga dengan keluarga pesantren di sini," katanya.

Leave A Comment

Recommended Posts